
Minggu, Agustus 02, 2009
Burgerkill sebuah band Metal fenomena dari Ujung Berung, Bandung

Ini merupakan sebuah cerita pendek dari 12 tahun perjalanan karir bermusik dari sebuah band super keras yang telah menjadi fenomena di populasi musik keras khususnya di Indonesia. Sebuah band yang namanya diambil dari selewengan sebuah nama restaurant fast food asal Amerika, ya mereka adalah Burgerkill band asal origin Ujungberung, tempat orisinil tumbuh dan berkembangnya komunitas Death Metal / Grindcore di daerah timur kota Bandung. Band lulusan scene Uber ( nama keren Ujungberung ) selalu dilengkapi gaya Stenografi Tribal dan musik agresif yang super cepat, Jasad, Forgotten, Disinfected, dan Infamy to name a few.
Burgerkill berdiri pada bulan Mei 1995 berawal dari Eben, scenester dari Jakarta yang pindah ke Bandung untuk melanjutkan sekolahnya. Dari sekolah itulah Eben bertemu dengan Ivan, Kimung, dan Dadan sebagai line-up pertamanya. Band ini memulai karirnya sebagai sebuah side project yang ga punya juntrungan, just a bunch of metal kids jamming their axe-hard sambil menunggu band orisinilnya dapat panggilan manggung. Tapi tidak buat Eben, dia merasa bahwa band ini adalah hidupnya dan berusaha berfikir keras agar Burgerkill dapat diakui di komunitasnya. Ketika itu mereka lebih banyak mendapat job manggung di Jakarta melalui koneksi Hardcore friends Eben, dari situlah antusiasme masyarakat underground terhadap Burgerkill dimulai dan fenomena musik keras tanpa sadar telah lahir di Indonesia.
Walhasil line-up awal band ini pun tidak berjalan mulus, sederet nama musisi underground pernah masuk jajaran member Burgerkill sampai akhirnya tiba di line-up solid saat ini. Ketika dimulai tahun 1995 mereka hanya berpikir untuk manggung, pulang, latihan, manggung lagi dst. Tidak ada yang lain di benak mereka, tapi semuanya berubah ketika mereka berhasil merilis single pertamanya lewat underground phenomenon Richard Mutter yang merilis kompilasi cd band-band Bandung pada awal 1997. Nama lain seperti Full Of Hate, Puppen, dan Cherry Bombshell juga bercokol di kompilasi yang berjudul “Masaindahbangetsekalipisan” tersebut. Memang masa itu masa indah musik underground. Everything is new and new things stoked people! Tidak tanggung lagu Revolt! dari Burgerkill menjadi nomor pembuka di album yang terjual 1000 keping dalam waktu singkat ini.
Setelah mengenal nikmatnya menggarap rekaman, anak anak ini tidak pernah merasa ingin berhenti, dan pada akhir tahun 1997 mereka kembali ikut serta dalam kompilasi “Breathless” dengan menyertakan lagu “Offered Sucks” didalamnya. Awal tahun 1998 perjalanan mereka berlanjut dengan rilisan single Blank Proudness, pada kompilasi band-band Grindcore Ujungberung berjudul “Independent Rebel”. Yang ketika itu dirilis oleh semua major label dengan distribusi luas di Indonesia dan juga di Malaysia. Setelah itu nama Burgerkill semakin banyak menghias concert flyers di seputar komunitas musik underground. The Antics went higher, semakin banyak fans berat menunggu kehadiran mereka diatas panggung. Burgerkill sang Hardcore Begundal!
ebenburgerkillDisekitar awal tahun 1999, mereka mendapat tawaran dari perusahaan rekaman independent Malaysia, Anak Liar Records yang berakhir dengan deal merilis album Three Ways Split bersama dengan band Infireal (Malaysia) dan Watch It Fall (Perancis). Hubungan dengan network underground di Malaysia dan Singapura berlanjut terus hingga sekarang. Burgerkill menjadi langganan cover zine independent di negara-negara tersebut dan berimbas dengan terus bertambahnya fans mereka dari negeri Jiran. Di tahun 2000, akhirnya Burgerkill berhasil merilis album perdana mereka dengan title “Dua Sisi” dan 5000 kaset yang di cetak oleh label indie asal Bandung, Riotic Records ludes habis dilahap penggemar fanatik yang sudah tidak sabar menunggu sejak lama. Di tahun yang sama, band ini juga merilis single “Everlasting Hope Never Ending Pain” lewat kompilasi “Ticket To Ride”, sebuah album yang benefitnya disumbangkan untuk pembangunan sebuah skatepark di kota Bandung.
Single terakhir menjadi sebuah jembatan ke era baru Burgerkill, dimana masa awal mereka lagu-lagu tercipta hasil dari pengaruh band-band Oldschool Hardcore, Name it: Minor Threat, 7 Seconds, Gorilla Biscuits, Youth of Today, Sick of it All, Insted, Etc. Seiring dengan waktu, mereka mulai untuk membuka pengaruh lain. Masuklah pengaruh dari band band Modern Metal dan Newschool Hardcore dengan beat yang lebih cepat dan lebih agresif, selain itu juga riff-riff powerchord yang enerjik menjadi bagian kental pada lagu-lagu Burgerkill serta dilengkapi oleh fill-in gitar yang lebih menarik. Anak-anak ini memang tidak pernah puas dengan apa yang mereka hasilkan, mereka selalu ingin berbuat lebih dengan terus membuka diri pada pengaruh baru. Hampir semua format musik keras dilahap dan di interprestasikan kedalam lagu, demikianlah Burgerkill berkembang menjadi semakin terasah dan dewasa. Lagu demi lagu mereka kumpulkan untuk menjadi sebuah materi lengkap rilisan album kedua.
Beberapa Mainstream Achievement pun sempat mereka rasakan, salah satunya menjadi nominator Band Independent Terbaik ala majalah NewsMusik di tahun 2000. Awal tahun 2001 pun mereka berhasil melakukan kerjasama dengan sebuah perusahaan produk sport apparel asal Amerika: PUMA yang selama 1 tahun mensupport setiap kali Burgerkill melakukan pementasan. Dan sejak Oktober 2002 sebuah produk clothing asal Australia: INSIGHT juga mensupport dalam setiap penampilan mereka.
Pertengahan Juni 2003, Burgerkill menjadi band Hardcore pertama di Indonesia yang menandatangani kontrak sebanyak 6 album dengan salah satu major label terbesar di negeri ini, Sony Music Entertainment Indonesia. Dan setelah itu akhir tahun 2003, Burgerkill berhasil merilis album kedua mereka dengan title “Berkarat”. Lagu-lagu pada album ini jauh lebih progressif dan penuh dengan teknik yang lebih terasah dibandingkan album sebelumnya. Hampir tidak ada lagi nuansa straight forward dan moshpart sederhana ala band standard Hardcore yang tercermin dari single-single awal mereka. Pada sector vocal dengan tetap mengedepankan nuansa depresif dan kelam, karakter vocal Ivan sang vokalis Bengal lebih berani dimunculkan dengan penulisan bahasa pertiwi dan artikulasi kata yang lebih jelas. Dan di sector musik pun, Toto, Eben, Andris dan gitaris baru mereka Agung semakin berani menjelajahi daerah-daerah baru yang sebelumnya tidak pernah dijajaki kelompok musik keras manapun di Indonesia.
Sebuah kejutan hadir pada pertengahan tahun 2004, lewat album “Berkarat” Burgerkill masuk kedalam salahsatu nominasi dalam salah satu event Achievement musik terbesar di Indonesia “Ami Awards”. Dan secara mengejutkan mereka berhasil menyabet award tahunan tersebut untuk kategori “Best Metal Production”. Sebuah prestasi yang mungkin tidak pernah terlintas di benak mereka, dan bagi mereka hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab besar yang harus mereka buktikan melalui karya-karya mereka selanjutnya.
Di awal tahun 2005 di tengah kesibukan mereka mempersiapkan materi untuk album ketiga, Toto memutuskan untuk meninggalkan band yang telah selama 9 tahun dia bangun bersama. Namun kejadian ini tidak membuat anak-anak Burgerkill putus semangat, mereka kembali merombak formasinya dengan memindahkan Andris dari posisi Bass ke posisi Drums dan terus melanjutkan proses penulisan lagu dengan menggunakan additional bass player. Sejalan dengan selesainya penggarapan materi album ketiga, tepatnya November 2005, Burgerkill memutuskan kontrak kerjasama dengan Sony Music Entertainment Indonesia dikarenakan tidak adanya kesepakatan dalam pengerjaan proyek album ketiga. So guys…these kids always have a great spirit to keep blowing their power, dan akhirnya mereka sepakat untuk tetap merilis album ke-3 “Beyond Coma And Despair” di bawah label mereka sendiri Revolt! Records di pertengahan Agustus 2006. Album ketiga yang memiliki arti sangat dalam bagi semua personil Burgerkill baik secara sound, struktur, dan format musik yang mereka suguhkan sangat berbeda dengan dua album sebelumnya. Materi yang lebih berat, tegas, teknikal, dan berani mereka suguhkan dengan maksimal disetiap track-nya.
Namun tak ada gading yang tak patah, sebuah musibah terbesar dalam perjalanan karir mereka pun tak terelakan, Ivan sang vokalis akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya ditengah-tengah proses peluncuran album baru mereka di akhir Juli 2006. Peradangan pada otaknya telah merenggut nyawa seorang ikon komunitas musik keras di Indonesia. Tanpa disadari semua penulisan lirik Ivan pada album ini seolah-olah mengindikasikan kondisi Ivan saat itu, dilengkapi alur cerita personal dan depresif yang terselubung sebagai tanda perjalanan akhir dari kehidupannya. “Beyond Coma And Despair” sebuah album persembahan terakhir bagi Ivan Scumbag yang selama ini telah menjadi seorang teman, sahabat, saudara yang penuh talenta dan dedikasi dengan disertai karakter karya yang mengagumkan. Burgerkill pun berduka, namun mereka tetap yakin untuk terus melanjutkan perjalanan karir bermusik yang sudah lebih dari 1 dekade mereka jalani, dan sudah tentu dengan menghadirkan seorang vokalis baru dalam tubuh mereka saat ini. Akhirnya setelah melewati proses Audisi Vokal, mereka menemukan Vicki sebagai Frontman baru untuk tahap berikutnya dalam perjalanan karir mereka.
Dan pada awal Januari 2007 mereka telah sukses menggelar serangkaian tour di kota-kota besar di Pulau Jawa dan Bali dalam rangka mempromosikan album baru mereka. Target penjualan tiket di setiap kota yang didatangi selalu mampu mereka tembus, dan juga ludesnya penjualan tiket di beberapa kota menandakan besarnya antusiasme masyarakat musik cadas di Indonesia terhadap penampilan Burgerkill. A written story just wouldn’t enough, tunggu kejutan dan dengarkan album baru mereka, tonton konsernya dan rasakan sensai musik keras yang tak akan kamu lupakan. berita yang telah kami terima bahwa mereka sempat pada bulan Maret 2009 Tour diAustralia dengan tajuk “The Invasion Of Noise” Western Australian Tour 2009. dan mereka juga akan segera melaksanakan Tur dibulan Mei 2009 ke Malaysia “Malaysian Hardcore Mosh Wanted Part II”.
Berikut ini Jadwal Show Burgerkill :
16 May 2009 @ MCPA THeater Hall, Kuala lumpur
17 May 2009 @ Level 3A Cityplaza, Johor Bahru
22 May 2009 @ FAD Media Studio, Singapore
23 May 2009 @ Carsem Banquet Hall, Perak
24 May 2009 @ Asia Village Ayer Keroh, Melaka
posted by dapurletter.com
Behemoth - Konser pertama musik black metal hadir di Indonesia

Reportase Konser BEHEMOTH “Asian Apostasy Tour 2008”
3 Nov 2008
@ Vicky Sianipar MS Hall, Jakarta
Feat:
After All Over
Death Vomit
Siksa Kubur
Funeral Inception
Reported & Picture by: Imanuel & Supriyanto
Rabu tanggal 3 November 2008, walaupun diJakarta sempat diguyur oleh hujan namun tempat yang mampu menampung sekitar 1000 penonton ini tetap dikunjungi oleh band beranggotakan empat orang dari polandia, BEHEMOTH. Bertempat di Viky Sianipar Music Center, band yang pernah mengisi panggung Ozzfest ini menyuguhkan lagu-lagu yang kental dengan tema anti agama dan paganisme. BEHEMOTH tampil lengkap dengan dandanan perang dan corpse paint makeup seperti band black metal pada umumnya. Setelah bergonta-ganti personil semenjak 17 tahun lalu band ini berdiri, BEHEMOTH hadir dengan formasi yang solid dimana Nergal sebagai frontman didukung oleh Orion, Inferno, dan Seth (pseudonym untuk nama-nama asli Polandia mereka yang susah dieja) yang membuat permainan live mereka tidak kalah dengan kualitas album. Setiap personilnya terlihat sangat enerjik, apalagi didukung dengan set-up panggung yang megah, sound, dan lighting yang memberikan ambience kelam, sesuai dengan musik yang dibawakan.
Dengan rentang waktu promosi yang hanya sekitar 2 minggu, promotor Mighty Syndicate tetap dapat membuat ruangan yang tersedia menjadi penuh oleh penonton. Walaupun terdapat halangan bagi SIKSA KUBUR untuk membuka konser, DEATH VOMIT dan FUNERAL INCEPTION memberikan penampilan yang membuat tiket seharga 150 ribu terasa worth it. Sebagai rangkaian dari “Asian Apostasy Tour 2008”, Behemoth membawakan lagu-lagu yang sebagian besar berasal dari album The Apostasy yang dirilis tahun 2007 antara lain “Slaying the Prophets ov Isa”, “Prometherion”, “At the Left Hand ov God” dan lagu-lagu terkenal dari album-album terdahulu yang sudah tidak asing di telinga pengunjung seperti “From the Pagan Vastlands”, “Conquer All”, dan “Slaves Shall Serve”. Penonton mulai berdatangan sebelum matahari terbenam, memenuhi arena parkir sebelum pintu hall dibuka. Walaupun hujan deras turun namun pengunjung tidak henti-hentinya datang. Wajar saja karena kedatangan BEHEMOTH menarik minat bagi pecinta musik metal dari segala jenis subgenre. Setelah menunggu untuk beberapa waktu, baru kira-kira jam 8 malam band pembuka tampil. Konser kali ini diselenggarakan dengan pembatalan konferensi pers. Walaupun tetap ada undangan bagi wartawan untuk meliput tapi sulit untuk mendokumentasikan konser ini karena dari pihak promotor tegas dalam prosedur.
Anyway, antusiasme penonton pasti terpuaskan dengan hype yang disuguhkan oleh konser ini. Aksi panggung teatrikal, personil-personil dedengkot band metal, dan hentakan drum secepat peluru selama lebih dari tiga jam. Kalau memang menginginkan pengalaman extreme metal yang intens pasti nyesel abis ngga dateng. & salute untuk promotor Mighty Syndicate yang telah berani mendatangkan band Black Metal pertama kami di Indonesia. Keep in Rockin bro!
Lamb of God mampu menyihir Jakarta

Lamb of God berhasil memuaskan para pecinta musik death metal di Indonesia. Band asal Amerika Serikat (AS) itu seolah mampu menyihir ribuan fansnya di Tenis Outdoor Senayan, Senin (9/3/2009) malam WIB. Band yang terdiri dari Chris Adler (drum), Will Adler (gitar), Mike Morton (gitar), Randy Blythe (vokal), dan John Campbell (bas) ini, berhasil menghipnotis ribuan pecinta musik metal selama kurang lebih satu jam.
acara baru dibuka oleh penampilan Dead Squad sekitar jam 8 yang membawakan total 8 lagu dan dianggap ini adalah sebuah dobrakan pintu suksess dari Deadsquad untuk memuaskan metalhead tanah air dan memang menurut kabar yang telah banyak diberitakan bahwa ditanggal tersebut yaitu tgl 9 maret 2009 bahwa Deadsquad secara resmi telah merilis album perdananya dibawah naungan Rottrevore Records dengan total 8 track.
setelah puas dengan Deadsquad akhirnya tepat sekitar jam 9 Lamb of God memulai aksinya dengan langsung menggeber para fansnya dengan membuka lagu Hourglass, Ashes of the week. damn! walaupun sebelum show mulai sempat hujan mengguyur jakarta namun semangat para metalhead tidak berhenti karena telah menanti lama untuk bisa ber-headbanger dengan ribuan penonton lainnya.
foto014Randy (vocalist) ternyata senang bisa berhadapan langsung dengan para fans-fansnya yang pada malam itu waw it’s amazing…! “Kami sangat senang bisa berada di sini. kalian semua sangat luar biasa,tuturnya dalam Bahasa Inggris, dan baru kali ini ada band dengan vocalist yang interaktif sekali dengan para penonton. great randy! Lamb of God juga sempat membawakan nomor-nomor handalan seperti Walk with Me in Hell, Again We Rise, Set to Fail, dan Pathetic. Bahkan, band yang sedang mempromosikan album barunya ini yang berjudul Wrath itu mengaku bahwa mereka akan kembali ke Indonesia lagi. whats!
damn! terlihat sekali penonton tidak kenal lelah untuk membuat circle pit besar lebih dari 3 kali, ini benar-benar konser luar biasa guys! gila! seolah mereka lupa akan segalanya ketika bermoshing disana. dan sekitar jam 10 konser pun berakhir dengan tertib & aman, sukses untuk Solucites yang telah memuaskan para metalhead dengan mendatangkan band-band metal papan atas. semoga ditahun akan datang bisa memberikan yang terbaik lagi dari segala kekurangannya didalam konser ini.
pee wee gaskins tentang album the shopomore

Pee Wee Gaskins band beraliran pop, punk dan melodic rock ditambah sentuhan synthesizer ini kembali lagi dengan sebuah album baru ‘The Sophomore’ setelah sebelumnya sempat merilis mini album ‘Stories Of Our High School’.
Dengan beranggotakan Dochi (Gitar, Vokal), Sansan (Gitar, Vokal), Omo (Synthesizer), Eye (Bass) dan Aldi (Drum), Pee Wee Gaskin kini siap membuat kamu menjadi salah satu bagian dari mereka yakni Party Dorks.
Dengan misi ‘With the name of series, we try to make killer music’, Pee Wee Gaskins yang terbentuk atas nama seorang pembunuh berantai Donald Gaskins ini, akan menunjukkan kelihaian skill bermain musik mereka yang sudah diakui oleh masyarakat luas.
Dan sekarang dengan album yang sudah di launching di Bulungan Concert Hall dan terjual sebanyak 4000 keping itu, Pee Wee Gaskins dengan produser nya Dadi Superglad siap merambah dunia musik Indonesia bersama Variant Records/Alfa Records.
Pee Wee Gaskins ‘The Sophomore’ :
01. When Did Men Start Shaving Thier Beards
02. Welcoming The Sophomore
03. Dibalik Hari Esok
04. Be Seen and Be Sceen
05. On A Day Just Like This
06. Heartbreak Can Be A Good Business
07. Hadapi Dunia
08. Tentukan Hari Yang Terbaik
09. Everyday & Evrynight
10. I Hang Out With Zombie Without Being One Of Them
11. Dorks Never Say Die
12. Berdiri Terinjak 2k9 (Featuring Saski)
13. Tatiana 2k9
Sabtu, Agustus 01, 2009
Album Self Title

Gita yang beragama Islam ini merupakan anak dari penata musik Lutfi Andriani - Erwin Gutawa mendalami musik sejak kelas 2 SD. Suara sopran gadis belia ini mampu membawakan lagu ber-genre pop klasik dengan high pitch-nya. Sebelum meluncurkan album self-titled-nya, Gita Gutawa terkenal sebagai penyanyi cilik yang berduet dengan vokalis ADA Band, Dony ‘ADA Band’ dengan lagu "Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah)". Lagu ini menjadi hits dalam album Heaven of Love dan sukses terjual sebanyak lebih dari 850 ribu kopi membawa Donny dan Gita sebagai nominasi Duet Terbaik Kategori Pop AMI Awards. Gadis berzodiak Leo dan bershio Ayam sejak kelas 2 SD mulai belajar piano klasik di Yayasan Musik Jakarta dan kini memperkuat ilmu musiknya dengan mempelajari piano jazz dan gitar akustik. Tidak hanya itu, agar vocal Gita terasah dan mantap, dia berguru di bawah asuhan Aida Swenchen (di PSAI) dan Catharina Leimena.
Album pertama Gita Gutawa bertajuk namanya sendiri atau self-titled album. Album ini beraliran pop klasik dengan produksi album dibuat dengan serius mengingat mixing dan mastering lagu-lagu dilakukan di Sydney, Selain itu turun tangannya ayah Gita yang untuk mem-produseri sendiri album buah hatinya ini. Alumni SMP Al Izhar Pondok Labu bekerja sama dengan beberapa composer terkenal dalam pembuatan albumnya. Nama besar papanya, lalu juga ada Andi Rianto, dan Pink Pitt berperan sebagai arranger, sedangkan nama besar pengarang lagu seperti Glenn Fredly, Melly Goeslaw, Harry Budiman, Dewiq, Khrisna dan Donni ‘ADA Band’ hingga Eross Candra ‘SO7’ berperan sebagai pengarang lagu dalam album perdana Gita Gutawa. Gita membintangi film series dalam promo album yang disiarkan di SCTV. 2 serial film TV (FTV) telah dia bintangi, yaitu AAC atau Ajari Aku Cinta dengan 5 episode dan ALAC atau Ajari Lagi Aku Cinta dengan 12 episode menandakan suksesnya album pertama Gita. Penjualan album gadis yang doyan makan sushi ini meraih Platinum Awards dengan mencapai penjualan lebih dari 150 ribu kopi dalam 4 bulan saja.
Sukses dalam album solonya, Gita mendapat kesempatan untuk mengisi album soundtrack beberapa film. Gita mengisi soundtrack film Love dan film Laskar Pelangi yang berhasil menjadi salah satu film indonesia terlaris pada tahun 2008. Dengan sedikit 'bantuan' dari album barunya, pada tanggal 23 Juli 2009, Gita sukses memenangi Indonesian Kids Choice Award 2009 sebagai penyanyi wanita favorit
Dehidrasi di Gurun Sahara

Gita Gutawa akhirnya mengeluarkan album kedua bertajuk Harmoni Cinta. Album yang dikerjakan di empat benua ini menampilkan dua sosok Gita yang berbeda. Satu sisi, muda dan ringan. Sisi lainnya klasik, grande, dan orkestra.
"Kelar di sekolah, ya, waktuku untuk musik. Hasilnya, albumku keduaku Harmoni Cinta, akhirnya keluar juga," jelas Gita Gutawa, saat ditemui di peluncuran album Harmoni Cinta, di FX Sudirman, Jalan Jendral Sudirman, Senayan, Jakarta
Untuk urusan membagi waktu, Gita memang sudah terbiasa. Gita sudah biasa memecahkan konsentrasinya.
"Pinter-pinter bagi konsentrasi. Kalau sekolah gunakan waktu dengan baik,. Kalau lagi sama teman jangan lakukan hal bodoh. Positif aja," ungkap Gita sambil melempar senyum manisnya.
Kembali soal album, Gita pun terlihat begitu semangat berbicara. "Aku di album ini ada dua sosok berbeda. Satu sisi ringan dan muda. Sementara di sisi lain, klasik, grande dan orkestra," ungkapnya.
Hasil sesungguhnya Gita memang terlihat optimal di album Harmoni Cinta. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengherankan. Pasalnya, digarap papanya, Erwin Gutawa, Gita melakukan proses penyelesaian album di empat benua.
"Aku isi suara di Indonesia. Orkestranya dibuat di Ceko dan Bulgaria, mixing di Austaralia dan mastering di Amerika," tutup Gita (inilah.com)
Langganan:
Postingan (Atom)